EDIT ME

EDIT ME

EDIT ME

Loading

TERSENYUMLAH Wahai Ahlus Sunnah!




TERSENYUMLAH Wahai Ahlus Sunnah!

Penulis:Ustadz Farid Lutfi

Sesungguhnya deraan ujian adalah sesuatu yang mesti dihadapi oleh semua insan yang telah menyatakan dirinya beriman. Karena dengan ujian itulah akan menjadi jelas; siapa yang jujur dan siapa yang dusta. Dengan ujian tersebut akan terlihat kualitas keimanan seorang hamba.

Namun ujian yang datang silih berganti, cobaan yang mendera tak kenal henti, terkadang membuat banyak orang berjatuhan dijalan kebenaran yang seharusnya ditempuh sampai mati. Tekad yang telah dibulatkan untuk meniti jejak generasi pilihan, langkah yang sudah mulai diayunkan untuk menapaki jalan yang diridhai oleh Ar Rahmaan, tidak jarang kandas ditengah jalan karena tak kuasa menahan pahit-getirnya perjuangan.

Oleh karena itu, goresan pena yang sederhana ini sengaja kutulis. ku haturkan…

Kepada anda yang belum lama merasakan manisnya meretas jalan kebenaran…

Kepada anda yang baru saja mulai mengayunkan langkah dibawah naungan hidayah dengan berbekal keikhlasan…

Kepada anda yang telah berpatri hati untuk meniti jalan manusia pilihan…

Kepada anda yang tengah merasakan pahitnya keterasingan ditengah-tengah masyarakat yang telah jauh dari bimbingan kenabian…

Kuhaturkan beberapa kalimat yang sederhana ini, dengan membawa setangkai harapan… semoga ini bisa meringankan bebanmu, lebih memantapkan langkahmu untuk terus maju menggapai keridhoan Rabbmu dan menghilangkan semua kegundahanmu. Bahkan lebih dari itu, semoga dengan ini, semua kesedihan akan menjelma menjadi sikap optimis dan rasa gembira, sebagai ungkapan syukur kepada Allah Yang Maha Agung lagi Maha Mulia. Selanjutnya, mudah-mudahan bisa lahir keceriaan dihatimu dan tersimpul senyuman manis diwajahmu...

Ya! Tersenyumlah wahai saudaraku, wahai pembawa obor kebenaran ditengah gulita kebatilan!!

Allah I mengingatkan:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُون


"Katakanlah: "Dengan karunia Allah jua dan dengan kasih-sayang-Nya-lah, dengan yang demikian itu hendaknya mereka bergembira! Itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan". QS. Yunus: 58.

a. Engkau adalah Orang Mulia, Meskipun Banyak Yang menghinakanmu!

Saudaraku! Kita sekarang dizaman akhir. Masa kenabian telah lama berlalu meninggalkan kita. Kurang lebih dari 14 abad yang lalu Rasulullah r telah dipanggil oleh Allah I untuk menyusul kawan-kawannya yang mulia; dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhadaa' dan orang-orang yang shaleh.

Coba perhatikan air sungai yang mengalir menuju sebuah muara! Seiring dengan semakin jauhnya ia dari sumber mata airnya maka semakin keruh dan kotor pula keadaannya. Demikianlah kira-kira keadaan Islam yang diamalkan oleh mayoritas kaum muslimin saat ini. Banyak sudah sampah-sampah idiologi yang disusupkan kepadanya dan bid'ah yang dianggap sebagai bagian darinya… Hal ini membuat orang yang tidak memiliki pijakan yang kokoh dalam beragama dengan mudah ikut hanyut dibawa aliran air sampah tersebut.

Namun, kendati demikian, seorang muslim tidak patut bersedih hati. Disana masih ada kawasan air jernih yang masih terjaga dan belum terjamah oleh kotoran apapun. Air pada kawasan tersebut sangat bersih dan bening, sehingga sedikit saja kotoran yang masuk ke dalamnya dengan mudah dapat dikenali dan disingkirkan. Ketahuilah, sesugguhnya Allah I telah menjamin terpeliharanya kebenaran sampai saat datangnya angin yang berhembus lembut menjelang hari kiamat nanti, –yang dengan izin Allah I- angin tersebut akan merenggut jiwa semua orang beriman yang disentuhnya.

Rasulullah r bersabda:

لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق لا يضرهم من خذلهم حتى يأتي أمر الله وهم كذلك


"Akan senantiasa ada sekelompok orang dari umatku yang menang diatas kebenaran; tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka sampai datang keputusan Allah I, sementara mereka dalam keadaan demikian"[1].

Para pengemban Sunnah Nabi r yang suci akan senantiasa memperoleh pertolongan dari Allah I sehingga mereka akan senantiasa dimenangkan atas musuh-musuh mereka sampai datang keputusan dari Allah I, yaitu hari kiamat. Hari kiamat yang dimaksud disini adalah hari kiamat yang khusus bagi mereka, bukan hari kiamat saat hancurnya alam semesta, karena itu tidak akan terjadi melainkan pada seburuk-buruknya manusia. Baginda Rasul r bersabda:

لا تقوم الساعة حتى لا يقال في الأرض الله الله


"Tidak akan tegak hari kiamat sampai tidak terdengar lagi orang yang menyebut: "Allah…Allah…" diatas permukaan bumi".[2]

Imam al Hakim rahimahullah telah meriwayatkan sebuah hadits dari jalan 'Abdullah bin 'Amr bin al 'Ash t bahwasanya ia berkata:

ثم يبعث الله ريحا ريحها ريح المسك و مسها مس الحرير فلا تترك نفسا في قلبه مثقال حبة من الإيمان إلا قبضته ثم يبقى شرار الناس عليهم تقوم الساعة


"Kemudian Allah I akan mengirim angin yang berhembus; aromanya seperti aroma misk[3] dan sentuhannya seperti sentuhan sutera. Angin tersebut tidak membiarkan satu jiwa pun yang dihatinya terdapat keimanan sebesar biji dzarrah melainkan direnggutnya. Kemudian yang tersisa adalah seburuk-buruknya manusia. Pada merekalah hari kiamat akan terjadi".[4]. [5]

Sungguh, hadits ini ibarat tetesan embun dipagi hari yang membasahi hati semua orang beriman… ia laksana segelas air dingin ketika dahaga menyapa… atau bagaikan secercah cahaya disaat gulita semakin pekat dan mencekam… seorang mukmin yang mendengarnya pasti akan memanjatkan syukur yang sebanyak-banyaknya kepada Allah I.

Betapa tidak! Ini adalah salah satu nikmat terbesar yang Allah I anugerahkan kepada umat ini. Allah I tidak membiarkan mereka semuanya linglung ditengah-tengah belantara kesesatan tanpa ada bimbingan… Atau kebingungan dalam gulita kerusakan tanpa ada yang mengarahkan… Sesungguhnya Allah I telah memutuskan akan adanya para pembawa lentera kebenaran yang menerangi jalan cinta dan keridhoan-Nya bagi siapa saja yang ingin menitinya, sampai hari kiamat nanti.

Saudaraku, bila engkau komitmen dengan Sunnah Nabi r, sungguh, engkau adalah salah seorang pembawa lentera tersebut! Engkau senantiasa akan berjaya dengan kebenaran yang engkau bawa, meskipun banyak orang yang menghinakanmu...

b. Engkaulah Saudara Rasulullah r yang Dirindukannya!

Zaman kita sekarang adalah zaman keterasingan. Islam yang murni sebagaimana yang ada dimasa kenabian sudah tak banyak yang mengenalnya. Kemungkaran telah dianggap sebagai kebaikan, bid'ah telah dianggap sebagai sunnah, bahkan kesyirikan telah dijadikan sebesar-besarnya ketaatan pada sebagian kalangan. Demi Allah, ini benar-benar fitnah[6] dan kerusakan yang nyata!!

Fitnah dan kerusakan yang menimpa umat Islam saat ini, sebenarnya, semenjak 14 abad yang silam telah dikabarkan dan diwanti-wanti oleh Rasulullah r. Hal ini terlihat jelas dalam atsar yang diriwayatkan secara mauquuf[7] dengan jalan shahih dari 'Abdullah bin Mas'ud t. Suatu ketika Ibnu Mas'ud t berkata:

كيف أنتم إذا لبستكم فتنة يهرم فيها الكبير ، ويربو فيها الصغير ، ويتخذها الناس سنة ، إذا منها شيء قيل : تركت السنة ؟ قالوا : ومتى ذاك ؟ قال : إذا ذهبت علماؤكم ، وكثرت قُراؤكم ، وقَلَّت فقهاؤكم ، وكَثُرت أمراؤكم ، وقلَّتْ أمناؤكم ، والتُمِسَتِ الدنيا بعمل الآخرة ، وتُفُقهَ لغير الدين


"Bagaimana keadaan kalian saat fitnah[8] datang menimpa; orang dewasa menjadi renta padanya, anak-anak tumbuh-berkembang didalamnya, dan orang-orang pun menjadikannya sebagai sunnah. Bila fitnah itu dirubah sedikit saja, maka orang-orang akan mengatakan: "Sunnah telah ditinggalkan".

Seseorang bertanya: "Kapan itu akan terjadi?".

Ibnu Mas'ud t menjawab: "Bila para ulama kalian telah tiada, semakin menjamur para qari' ditengah-tengah kalian, semakin sedikit ahli fiqh, semakin banyak orang yang memerintah namun semakin sedikit para pemegang amanah, serta dunia telah dikejar dengan amalan akhirat dan orang-orang sibuk memperdalam ilmu selain ilmu agama".[9]

Dalam Risaalah fiy Qiyaam Ramadhan, setelah membawakan atsar ini, al Haafizh al Albaani rahimahullah berkomentar: "Hadits ini merupakan salah satu tanda kenabian Nabi r dan kebenaran risalah yang beliau bawa; karena sesugguhnya tiap-tiap point yang ada padanya benar-benar terjadi pada zaman kita sekarang. Diantaranya adalah bertebarannya bid'ah dan orang-orang terfitnah dengannya hingga mereka pun menganggapnya sebagai sunnah dan menjadikannya sebagai suatu agama yang diikuti".[10]

Subhaanallaah! Memang demikianlah kondisi kita sekarang! Maka wajarlah bila seorang yang berusaha untuk mengamalkan sunnah saat ini akan menghadapi berbagai ujian dan cobaan…

Saudaraku, hal ini memang sulit dan butuh perjuangan!! Namun, ini tidak perlu membuat kita hanyut dalam kesedihan yang tak berkesudahan.

Kenapa harus bersedih?!

Bila anda adalah orang yang komitmen dengan Sunnah Rasulullah r maka -demi Allah- anda adalah orang mulia lagi terhormat!! Anda adalah saudara Rasulullah r!!

Dengarkanlah apa yang disampaikan oleh sahabat yang mulia, Abu Hurairah t berikut ini!

Abu Hurairah t menuturkan: " Nabi r pernah memasuki areal pekuburan lantas beliau berucap: "Salam 'alaikum wahai (penghuni) negeri orang-orang beriman! Kami pun –insya' Allah- suatu saat akan menyusul kalian. Duhai, alangkah rindunya hati ini untuk melihat saudara-saudaraku".

Para sahabat pun bertanya: "Ya Rasulullah! Bukankah kami adalah saudara-saudaramu?".

Rasulullah r menjawab:

أنتم أصحابي, وإخواننا الذين لم يأتوا بعد


"Kalian adalah sahabat-sahabatku, sedangkan saudara-saudaraku adalah orang-orang yang belum kunjung datang sampai saat ini".

Para sahabat bertanya: "Bagaimana engkau mengenal orang yang belum datang dari umatmu ya Rasulullah r?".

Nabi r menjawab: "Bagaimana pendapatmu sekiranya seorang memiiliki seekor kuda yang berbulu putih pada jidat dan kaki-kakinya ditengah-tengah sekawanan kuda yang hitam legam warnanya, bukankah dengan mudah ia akan mengenali kudanya?".

Para sahabat menjawab: "Benar ya Rasulullah!".

Rasulullah r melanjutkan: "Sesungguhnya umatku akan datang pada hari kiamat nanti dalam keadaan bercahaya putih pada jidat, kaki dan tangan mereka karena (bekas air) wudhu' sementara aku telah menanti mereka ditelaga. Ketahuilah! Sesungguhnya akan ada beberapa orang yang kebingungan mencari telagaku sebagaimana bingungnya onta yang tersesat, lantas aku memanggil-manggil mereka: "Marilah kesini!", namun kemudian ada yang mengatakan: "Sesungguhnya mereka telah merubah (agama mereka) setelah engkau tiada", maka aku pun berkata: "Enyahlah kalian dariku!! Enyahlah kalian dariku!!".[11]

Apa pedulinya seorang muslim, sekiranya banyak orang menghinakannya, bilamana ia dimuliakan oleh Allah I dan Rasul-Nya r?

Apa pedulinya seorang muslim, sekiranya orang-orang dekatnya tega memutuskan tali persaudaraan dengannya hanya karena ia komitmen dengan sunnah Nabi r, bilamana ia menjadi saudara bagi manusia termulia, Muhammad bin 'Abdillah r?!

Apa pedulinya seorang muslim, sekiranya ia memang harus terusir dari masyarakatnya karena mempertahankan agamanya, bilamana ia didekatkan disisi Rasulullah r diakhirat kelak?!

Sungguh, ia akan didekatkan ke telaga Rasul r dan minum darinya; yang satu tegukan darinya akan membebaskannya dari dahaga untuk selamanya. Sebaliknya, orang yang mencampakkan Sunnah dan menolaknya akan terhalangi dari telaga tersebut, bahkan akan diusir oleh pemilik telaga, baginda Rasul, Muhammad r!

Kepada Allah jua kita berlindung dan memohonkan keselamatan!!

c. Bagimu Pahala Seperti Pahalanya 10 Orang Sahabat!

Lingkungan sekitar sangat berpengaruh pada keteguhan seseorang dalam menjalankan ajaran agamanya. Seorang yang tinggal di lingkungan yang baik biasanya lebih mudah untuk beramal Shalih dibanding orang yang tinggal di lingkungan yang rusak. Namun, bagi anda yang terpaksa harus tinggal pada lingkungan yang buruk, selagi anda masih bisa beramal shalih, apalagi menjadi pintu kebaikan bagi orang lain, maka tetap bersabar dan terus berda'wah adalah yang jalan yang terbaik bagi anda! –insya' Allah-. Karena sesungguhnya seorang mu'min yang berbaur dengan masyarakat dan bersabar terhadap gangguan mereka lebih baik daripada seorang mu'min yang tidak berbaur dengan masyarakat dan tidak sabar terhadap gangguan mereka[12].

Bila memang demikian keadaannya, maka sering-seringlah engkau hadirkan dalam hatimu bahwa ganjaran pahala yang besar disisi Allah I telah menantimu! Sesungguhnya besarnya pahala yang akan diperoleh sesuai dengan jerih-payah yang didapatkan dalam mengamalkan kebaikan!

Abu Umayyah asy Sya'baaniy bercerita: "Aku pernah bertanya kepada Abu Tsa'labah al Khusyaniy. Aku berkata: "Wahai Abu Tsa'labah, bagaimana pendapatmu mengenai ayat ini:[13]

عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ


"…jagalah dirimu…"[14].

Abu Tsa'labah t pun menjawab: "Ketahuilah sesungguhnya aku telah bertanya mengenai ayat ini kepada seorang yang benar-benar memahaminya; aku telah bertanya kepada Rasulullah r, lantas beliau bersabda:

« بَلِ ائْتَمِرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنَاهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ حَتَّى إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا وَهَوًى مُتَّبَعًا وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِى رَأْىٍ بِرَأْيِهِ فَعَلَيْكَ - يَعْنِى بِنَفْسِكَ - وَدَعْ عَنْكَ الْعَوَامَّ فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ الصَّبْرُ فِيهِ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِمْ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلاً يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِهِ ».

وَزَادَنِى غَيْرُهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْهُمْ قَالَ « أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْكُمْ ».


"Justru sebaliknya! Hendaklah kalian saling memerintahkan kepada kebaikan dan saling melarang dari kemungkaran!! Sampai bilamana kalian telah melihat sifat kikir yang diikuti, nafsu durjana yang diperturutkan, gelamor dunia yang diutamakan serta masing-masing orang merasa bangga dengan pendapatnya, maka jagalah dirimu sendiri dan tinggalkanlah mayoritas orang yang ada, karena sesungguhnya dibelakang kalian nanti akan datang hari-hari kesabaran; pada saat itu (orang yang komitmen diatas Sunnah) bagaikan (orang yang) menggenggam bara api. Orang yang mengamalkan (kebaikan) pada mereka (akan diberi ganjaran pahala) sebagaimana ganjaran pahala lima puluh orang yang mengamalkan (kebaikan) seperti amalannya".

Dalam riwayat yang lain terdapat tambahan: "Seorang sahabat bertanya: "Ya Rasulullah! Ganjaran pahala lima puluh orang dari mereka?". Rasulullah r menjawab: "Ganjaran pahala lima puluh orang dari kalian". [15]

Allahu akbar! Sungguh beruntung dirimu –saudaraku-… Teruslah maju,
amalkan dan serukan Sunnah Nabimu! Angkatlah wajahmu, tataplah ke depan dan ayunkan langkahmu dengan penuh percaya diri untuk menggapai cinta dan keridhaan Allah I!!!

akhirnya, semoga shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Nabi kita, Muhammad r, beserta keluarga dan segenap sahabatnya.

Dicopas dari Ustad Firanda Andirja Note


Dengarlah Suara Hatiku


Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu. Apa gunanya aku menjadi perhatian lelaki andai murka Allah ada di situ.

Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang.
Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati.

Aku juga tidak mau menjadi penyebab kejatuhan seorang lelaki yang dikecewakan lantaran terlalu mengharapkan sesuatu yang tidak dapat aku berikan.

Bagaimana akan kujawab di hadapan Allah kelak andai ditanya? Adakah itu sumbanganku kepada manusia selama hidup di muka bumi?

Kalau aku tidak ingin kau memandang perempuan lain, aku dululah yang perlu menundukkan pandanganku. Aku harus memperbaiki dan menghias peribadiku karena itulah yang dituntut oleh Allah.

Kalau aku ingin lelaki yang baik menjadi suamiku, aku juga perlu menjadi perempuan yang baik. Bukankah Allah telah menjanjikan perempuan yang baik itu untuk lelaki yang baik?

Tidak kunafikan sebagai seorang manusia, aku memiliki perasaan untuk menyayangi dan disayangi. Namun setiap kali perasaan itu datang, setiap kali itulah aku mengingatkan diriku bahwa aku perlu menjaga perasaan itu karena ia semata-mata untukmu.

Allah telah memuliakan seorang lelaki yang bakal menjadi suamiku untuk menerima hati dan perasaanku yang suci. Bukan hati yang menjadi labuhan lelaki lain.

Diriku yang memang lemah ini telah diuji oleh Allah saat seorang lelaki ingin berkenalan denganku. Aku dengan tegas menolak, berbagai macam dalil aku kemukakan, tetapi dia tetap tidak berputus asa.

Aku merasa seolah-olah kehidupanku yang tenang ini telah dirampas dariku. Aku bertanya-tanya adakah aku berada di tebing kebinasaan? Aku beristigfar memohon ampunan-Nya. Aku juga berdoa agar Pemilik Segala Rasa Cinta melindungi diriku dari kejahatan.

Kehadirannya membuatku banyak memikirkan tentang dirimu. Kau kurasakan seolah-olah wujud bersamaku.
Di mana saja aku berada, akal sadarku membuat perhitungan denganmu. Aku tahu lelaki yang menggodaku itu bukan dirimu. Malah aku yakin pada gerak hatiku yang mengatakan lelaki itu bukan teman hidupku kelak.

Aku bukanlah seorang gadis yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.


Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita yang lain, dilamar lelaki yang bakal memimpinku ke arah tujuan yang satu.

Tidak perlu kau memiliki wajah setampan Nabi Yusuf Alaihisalam, juga harta seluas perbendaharaan Nabi Sulaiman Alaihisalam, atau kekuasaan seluas kerajaan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam, yang mampu mendebarkan hati jutaan gadis untuk membuat aku terpikat.

Andainya kaulah jodohku yang tertulis di Lauh Mahfuz, Allah pasti akan menanamkan rasa kasih dalam hatiku juga hatimu. Itu janji Allah.

Akan tetapi, selagi kita tidak diikat dengan ikatan yang sah, selagi itu jangan ada perasaan itu karena kita masih tidak mempunyai hak untuk membuat begitu.

Juga jangan melampaui batas yang telah Allah tetapkan. Aku takut perbuatan-perbuatan seperti itu akan memberi kesan yang tidak baik dalam kehidupan kita kelak.

Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridho Illahi.
Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu.
Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu.

Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku. Aku pasti berendam airmata darah, andainya engkau menyerahkan seluruh cintamu kepadaku.

Cukuplah kau mencintai Allah dengan sepenuh hatimu karena dengan mencintai Allah, kau akan mencintaiku karena-Nya. Cinta itu lebih abadi daripada cinta biasa. Moga cinta itu juga yang akan mempertemukan kita kembali di syurga.

Seorang gadis yang membiarkan dirinya dikerumuni, didekati, diakrabi oleh lelaki yang bukan muhrimnya, cukuplah dengan itu hilang harga dirinya di hadapan Allah. Di hadapan Allah. Di hadapan Allah.

Yang dicari walau bukan putra raja, biarlah putra Agama.
Yang diimpi, biarlah tak punya rupa, asal sedap dipandang mata.
Yang dinilai, bukan sempurna sifat jasmani, asalkan sihat rohani dan hati.
Yang datang, tak perlu rijal yang gemilang, kerana diri ini srikandi dengan silam yang kelam.
Yang dinanti, bukan lamaran dengan permata, cukuplah akad dan janji setia.
Dan yg akan terjadi, andai tak sama dgn kehendak hati, insyaAllah ku ridho ketetapan Illahi..

Wahai wanita, ku ingatkan diriku dan dirimu, peliharalah diri dan jagalah kesucian.. semoga ridho Allah akan sentiasa mengiringi dan memberkati perjalanan hidup ini.

***
By : "Karena Wanita Ingin Dimengerti"
Dari note Saputro Nawamreh



Tabligh Akbar_Ustad ABu Zubair_Adab Menuntut Ilmu


Hadirilah Tabligh Akbar bersama Ustad Abu Zubair Hawaary dengan Tema Adab Menuntut Ilmu yang diadakan oleh Yayasan Dar El Iman Padang.

WAKTU

Insya Allah, Selasa 11 Rabiul Awal 1432 H / 15 Februari 2011
Pukul : 08.00 Pagi - Selesai

TEMPAT KEGIATAN :

Mesjid Raya Muhammadiyah, Tanjung Saba. Kecamatan Lubuk Begalung, Padang Sumatera Barat.

INFORMASI

Taufik : 0852 727272 52

Profil Saya



Alhamdulillah Segala Puja & Puji Kepada Allah Yang telah memberikan kesehatan & kekuatan serta kemampuan kepada saya untuk membuat blog ini.

Shalawat Beriring salam teruntuk Baginda Nabi Muhammad yang mana berkat perjuangan beliaulah kalimat tauhid tegak diatas permukaan bumi ini.

Teman saya bilang : " Bloger sejati itu adalah orang yang create alone."
Ini dimaknai : Blognya design sendiri dari mulai Template ( theme) sampe designnya, artikelnya pun bikin sendiri kagak maen copy paste aja.

Terus ane jawab : " Ohw.. geto yah..... Ya udah.... Kagak jadi blogger sejati juga kagak napa-napa bro.... Daripada gue bikin template sendiri, theme sendiri terus design sendiri bakalan nyita waktu gue, bakalan membuat gue sibuk dengan hal-hal yang sebenernya tidak perlu gue lakuin & manfaatnya pun kecil.Terus soal artikel yang gue copy paste, ada beberapa point yang mau gue sampein

  1. Jujur untuk buat artikel sendiri (khususnya artikel tentang Islam), gue takut bro, soalnya ntar artikel yang gue bikin salah akibatnya banyak orang yang salah pemahamannya gara-gara gue.
  2. Toh, website,situs-situs serta blog2 yang gue paste tersebut juga ikhlas isi dari websitenya disebarin asalkan tetap menjaga amanat ilmiyah, artinya selalu menyebutkan sumber asalnya.
  3. Dan klo begini tentu artikel yang gue sebarin melalui blog gue bisa lebih banyak, tidak terlalu menghabiskan waktu gue juga, karena tentu gue juga punya kesibukan diluar ini. ( Artikel yang gue sebarin tentunya dari sumber yang terjaga & terpelihara untuk selalu menyampaikan dengan ilmu Perkatan Allah, Perkatan Rasulullah, Perkatan Para Sahabat, Perkatan Ulama = sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadits dari rasulullah) terus  gue baca terlebih dahulu, baru gue sebarin)
  4. Secara garis besar kesibukan gue di blog ini " Just Share bro", cuma menyampein buat orang lain pada umumnya ( Dan khususnya buat gue sendiri yang masih cetek ilmunya), terus mau memperpanjang jangkaun dakwah islam.
Jazakumullahu khoiran katsiran kepada seluruh website, situs, & blog-blog yang telah menjadi bahan rujukan buat saya.

Eh.. sampe lupa buat ngenalin diri, saya yosep permana, temen-temen sering manggil saya ocep, tapi saya nya sering ngaku-ngaku namanya yusuf permana. Hahaha.. Itu lebih Islami bagi saya.. Seorang mahasiswa yang lagi menuntut ilmu fisika di Universitas Negeri Padang. Ohw ya, saya jualan product tuh... dibeli yah... hehehe.. Klo minat hubungi saya : 081363333664. Jazakallahu khoiran buat abang benny yang sudah berkenan produknya saya bantu jual. Udah segeto dulu yah.... klo mau berkenalan lebih lanjut search aja FB saya atas nama yusuf permana. 

Akan datang suatu hari kematian menjemputku
Tinggallah segala apa yang telah kutulis
Owh .. andai saja setiap yang membacanya berdo’a untukku
Agar Allah Ta’ala melimpahkan ampunan untukku
Serta memaafkan kekurangan dan buruknya perbuatanku
Abuz Zubair Hawaary

Kutitip surat ini untukmu



Assalamu’alaikum,


Segala puji Ibu panjatkan kehadirat Allah ta’ala yang telah memudahkan Ibu untuk beribadah kepada-Nya.
Shalawat serta salam Ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga dan para
sahabatnya. Amin…


Wahai anakku...!!!
Surat ini datang dari Ibumu yang selalu dirundung sengsara… 
Setelah berpikir panjang Ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri. Setiap kali menulis, setiap kali itu pula gores tulisan terhalang oleh tangis,  dan setiap kali menitikkan air mata setiap itu pula hati terluka…


Wahai anakku!
Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, 
laki-laki yang cerdas dan bijak! Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini,  sekalipun nantinya engkau remas kertas ini lalu engkau merobeknya,  sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati

dan telah engkau robek pula perasaanku.


Wahai anakku…!!!
25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku. Suatu ketika dokter datang menyampaikan kabar tentang kehamilanku 
dan semua ibu sangat mengetahui arti kalimat tersebut.
Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi…


Semenjak kabar gembira tersebut aku membawamu 9 bulan. Tidur, berdiri, makan dan bernafas dalam kesulitan.
Akan tetapi itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.
Aku mengandungmu, wahai anakku! Pada kondisi lemah di atas lemah, bersamaan dengan itu aku begitu gembira tatkala merasakan melihat terjangan kakimu  dan balikan badanmu di perutku. 


Aku merasa puas setiap aku menimbang diriku, 
karena semakin hari semakin bertambah berat perutku, 
berarti engkau sehat wal afiat dalam rahimku.

Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah saat itu, 
ketika fajar pada malam itu, yang aku tidak dapat tidur dan 
memejamkan mataku barang sekejap pun. 


Aku merasakan sakit yang tidak tertahankan dan 
rasa takut yang tidak bisa dilukiskan.
Sakit itu terus berlanjut sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis. Sebanyak itu pula aku melihat kematian menari-nari di pelupuk mataku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia. 
Engkau pun lahir… Tangisku bercampur dengan tangismu,  air mata kebahagiaan.


Dengan semua itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, 
hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku padamu semakin bertambah dengan
bertambah kuatnya sakit. 


Aku raih dirimu sebelum aku meraih minuman,
aku peluk cium dirimu sebelum meneguk satu tetes air ke kerongkonganku.



Wahai anakku…!!!
telah berlalu tahun dari usiamu, aku membawamu dengan hatiku dan 
memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. 
Saripati hidupku kuberikan kepadamu. 
Aku tidak tidur demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu.


Harapanku pada setiap harinya, agar aku melihat senyumanmu.
Kebahagiaanku setiap saat adalah celotehmu dalam meminta sesuatu, agar aku berbuat sesuatu untukmu…itulah kebahagiaanku!
Kemudian, berlalulah waktu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Selama itu pula aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai, menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti, dan menjadi pekerjamu yang tidak pernah mengenal lelah serta mendo’akan selalu kebaikan dan taufiq untukmu.


Aku selalu memperhatikan dirimu hari demi hari hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, 
kumis dan jambang tipis yang telah menghiasi wajahmu, 
telah menambah ketampananmu. 


Tatkala itu aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan demi mencari pasangan hidupmu. Semakin dekat hari perkawinanmu, semakin dekat pula hari kepergianmu. saat itu pula hatiku mulai serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. 

Bahagia telah bercampur dengan duka, tangis telah bercampur pula dengan tawa. 


Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan
dan sedih karena engkau pelipur hatiku akan berpisah denganku.
Waktu berlalu seakan-akan aku menyeretnya dengan berat. 
Kiranya setelah perkawinan itu aku tidak lagi mengenal dirimu, 
senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihan,
sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. 


Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu,
sekarang telah tenggelam seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran. 
Aku benar-benar tidak mengenalmu lagi karena engkau telah melupakanku dan  melupakan hakku.



Terasa lama hari-hari yang kulewati hanya untuk ingin melihat rupamu. Detik demi detik kuhitung demi mendengarkan suaramu. 
Akan tetapi penantian kurasakan sangat panjang.
Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk melihat dan menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu aku manyangka bahwa engkaulah orang
yang datang itu. Setiap kali telepon berdering aku merasa bahwa
engkaulah yang menelepon. 


Setiap suara kendaraan yang lewat aku merasa bahwa engkaulah yang datang. Akan tetapi, semua itu tidak ada. Penantianku sia-sia dan harapanku hancur berkeping, yang ada hanya keputusasaan. 
Yang tersisa hanyalah kesedihan dari semua keletihan yang selama ini kurasakan. Sambil menangisi diri dan nasib yang memang telah ditakdirkan oleh-Nya.


Anakku… !!! 
ibumu ini tidaklah meminta banyak, dan tidaklah menagih
kepadamu yang bukan-bukan. 
Yang Ibu pinta,  jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu.

Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu,
agar bisa juga aku menatap wajahmu, 
agar Ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.


Dan Ibu memohon kepadamu, Nak! 
Janganlah engkau memasang jerat permusuhan denganku, jangan engkau buang wajahmu ketika Ibu hendak memandang wajahmu!!
Yang Ibu tagih kepadamu, jadikanlah rumah ibumu, 
salah satu tempat persinggahanmu, 
agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana sekalipun hanya satu detik.


Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi, atau sekiranya terpaksa engkau datangi sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.


Anakku, telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku,
karena badanku telah dimakan oleh usia dan digerogoti oleh penyakit… Berdiri seharusnya dipapah, dudukpun seharusnya dibopong, sekalipun begitu cintaku kepadamu masih seperti dulu…
Masih seperti lautan yang tidak pernah kering. 
Masih seperti angin yang tidak pernah berhenti.



Sekiranya engakau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang,
niscaya engkau akan balas kebaikannya dengan kebaikan setimpal. 
Sedangkan kepada ibumu… Mana balas budimu, nak!?
Mana balasan baikmu! Bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air susu serupa?! 
Akan tetapi kenapa nak! Susu yang Ibu berikan engkau balas dengan tuba. 


Bukankah Allah ta’ala telah berfirman, 
“Bukankah balasan kebaikan kecuali dengan kebaikan pula?!” (QS. Ar Rahman: 60)
Sampai begitu keraskah hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu?! 
Setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu?!


Wahai anakku, setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu,  setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak, engkau adalah buah dari kedua tanganku, engkaulah hasil dari keletihanku. Engkaulah laba dari semua usahaku! Kiranya dosa apa yang telah kuperbuat sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu?!



Pernahkah aku berbuat khilaf dalam salah satu waktu selama bergaul denganmu,  atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu? Terus, jika tidak demikian, sulitkah bagimu menjadikan statusku sebagai budak dan  pembantu yang paling hina dari sekian banyak pembantumu .
Semua mereka telah mendapatkan upahnya!? 
Mana upah yang layak untukku wahai anakku!


Dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu? 
Dapatkah engkau menganugerahkan sedikit kasih sayangmu demi mengobati derita orang tua yang malang ini? Sedangkan Allah ta’ala mencintai orang yang berbuat baik.


Wahai anakku...!! 
Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain.
Wahai anakku! Hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. 
Orang-orang sering mengatakan bahwa engkau seorang laki-laki supel, dermawan, dan berbudi.

Anakku… Tidak tersentuhkah hatimu terhadap seorang wanita tua yang lemah,  tidak terenyuhkah jiwamu melihat orang tua yang telah renta ini, ia binasa dimakan oleh rindu, berselimutkan kesedihan dan berpakaian kedukaan!? 


Bukan karena apa-apa?! Akan tetapi hanya karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya… 
Hanya karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya…
hanya karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya… hanya karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim?!


Wahai anakku, ibumu inilah sebenarnya pintu surga bagimu. 
Maka titilah jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, 
pemaafan dan balas budi yang baik. 


Semoga aku bertemu denganmu di sana dengan kasih sayang Allah ta’ala, sebagaimana dalam hadits: 
“Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Sekiranya engkau mau, maka sia-siakanlah pintu

itu atau jagalah!!” (HR. Ahmad)


Anakku. Aku sangat mengenalmu, tahu sifat dan akhlakmu. 
Semenjak engkau telah beranjak dewasa saat itu pula tamak dan 
labamu kepada pahala dan surga begitu tinggi. 
Engkau selalu bercerita tentang keutamaan shalat berjamaah dan shaf pertama. 
Engkau selalu berniat untuk berinfak dan bersedekah.


Akan tetapi, anakku! Mungkin ada satu hadits yang terlupakan olehmu! Satu keutamaan besar yang terlalaikan olehmu yaitu bahwa Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: 
Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, amal apa yang paling mulia? Beliau bersabda: “Shalat pada waktunya”, aku berkata: “Kemudian apa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Berbakti kepada kedua orang tua”, dan aku berkata: “Kemudian, wahai Rasulullah!” Beliau
menjawab, “Jihad di jalan Allah”, lalu beliau diam. Sekiranya aku bertanya lagi,  niscaya beliau akan menjawabnya. (Muttafaqun ‘alaih)



Wahai anakku!! Ini aku, pahalamu, tanpa engkau bersusah payah untuk memerdekakan budak atau 
berletih dalam berinfak. Pernahkah engkau mendengar cerita seorang ayah yang telah meninggalkan keluarga dan anak-anaknya dan berangkat jauh dari negerinya untuk mencari tambang emas?! 
Setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, kiranya yang ia bawa pulang hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia telah gagal dalam usahanya.  Setibanya di rumah, orang tersebut tidak lagi melihat gubuk reotnya, tetapi yang dilihatnya adalah sebuah perusahaan tambang emas yang besar. Berletih mencari emas di negeri orang kiranya, di sebelah gubuk reotnya orang mendirikan tambang emas.


Begitulah perumpamaanmu dengan kebaikan. Engkau berletih mencari pahala, engkau telah beramal banyak, tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar.
Di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu. Bukankah ridhoku adalah keridhoan Allah ta’ala, dan murkaku adalah kemurkaan-Nya?



Anakku, yang aku cemaskan terhadapmu, yang aku takutkan bahwa jangan-jangan engkaulah yang
dimaksudkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya: “Merugilah seseorang, merugilah seseorang,
merugilah seseorang”, dikatakan, “Siapa dia,wahai Rasulullah?, Rasulullah menjawab, “Orang yang
mendapatkan kedua ayah ibunya ketika tua, dan tidak memasukkannya ke surga”. (HR. Muslim)


Anakku…!!!!
Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit dan aku tidak adukan duka ini kepada Allah, karena sekiranya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, 
maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan yang tidak ada obatnya dan tidak ada dokter yang dapat menyembuhkannya. Aku tidak akan melakukannya, Nak! 
Bagaimana aku akan melakukannya sedangkan engkau adalah jantung hatiku… 
Bagaimana ibumu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit sedangkan engkau adalah pelipur laraku. Bagaimana Ibu tega melihatmu merana terkena do’a mustajab,

padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku.


Bangunlah Nak! Uban sudah mulai merambat di kepalamu. 
Akan berlalu masa hingga engkau akan menjadi tua pula, dan al jaza’ min jinsil amal… 
“Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam…” 
Aku tidak ingin engkau nantinya menulis surat yang sama kepada anak-anakmu,
engkau tulis dengan air matamu sebagaimana aku menulisnya dengan air mata itu pula kepadamu.


Wahai anakku...!!!
bertaqwalah kepada Allah, pada ibumu peganglah kakinya!!
Sesungguhnya surga di kakinya. Basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya,  kencangkan tulang ringkihnya, dan kokohkan badannya yang telah lapuk. 
Anakku… Setelah engkau membaca surat ini,terserah padamu! Apakah engkau sadar dan akan kembali atau engkau ingin merobeknya.



Wassalam,
Ibumu
::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Artikel Ini Disalin dari Buku Kutitipkan Surat Ini Untukmu
karya Al-Fadhil Al-Ustadz Armen Halim Naro, Lc.
Kami sarankan untuk membeli buku aslinya














HOT Menu

Dengerin Dunk Radio Sunnah

Tulis Dunk Pesan


ShoutMix chat widget


Kirim SMS Ke Seluruh Operator



Photobucket
Photobucket
Photobucket
Photobucket

Translator

Traffic Site

free counters